Tuesday, June 5, 2018

Pendakian Lawu via Ceto

Cerita dari Lawu via Ceto.


Beberapa bulan lalu kita memutuskan untuk melakukan pendakian kembali setelah sekian lama sibuk dengan rutinitas kota dan debu jalan, akhirnya kami sepakat untuk mengunjungi gunung Lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur itu, Kami berangkat tanggal 9 Mei dari jakarta menuju solo menggunakan bis dan melakukan pendakian di tanggal 10 pagi sampai tanggal 12 Mei.

Kami ber 3 berangkat dari terminal di jakarta barat menggunakan Bis menuju solo, sesampainya di terminal solo kamipun bergegas mencari ke 4 teman kami dari bekasi dan bogor yang sudah sejak tadi sampai. 
kami menggunakan avanza membelah kota solo di pagi2 buta ini untuk menuju bashcamp ceto, sesampainya kami di bashcamp ceto kamipun mempersiapkan kembali barang dan keperluan yang kurang dan packing ulang tak ketinggalan pula memulai ritual rutin BAB dan sarapan sebelum memulai pendakian.




dan Pukul 9 pagi kami memulai perjalanan melewati beberapa anak tangga menuju pos pendaftaran untuk mendata rombongan kami, setelah selesai segala sesuatunya kami pun berdoa dan memulai pendakian yang akan sangat panjang ini.

Oh iya sebelum aku memulai cerita dalam perjalanannya aku akan menjelaskan sedikit tentang gunung Lawu.

Gunung Lawu merupakan sebuah gunung yang sarat akan adat dan budaya, setiap tanggal 1 Suro, gunung Lawu selalu ramai dikunjungi oleh para penziarah, di sana mereka melakukan berbagai ritual, mulai dari pencucian keris hingga mengunjungi tapak tilas Prabu Brawijaya, 
Namun, di balik itu semua, gunung Lawu juga merupakan sebuah gunung yang populer di kalangan para pendaki. Hal itu dikarenakan panorama alamnya yang memukau dengan track yang menantang.

Gunung lawu terletak di provinsi Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Karanganyar sekitar 1 jam dari arah kota Solo ( Surakarta ) . Gunung ini terletak di perbatasan tiga kabupaten sekaligus yaitu Kabupaten Karanganyar ( Jawa Tengah )  , Kabupaten Ngawi ( Jawa Timur ), dan Kabupaten Magetan ( Jawa Timur ).
Meskipun sudah berstatus tidak aktif, puncak gunung ini masih memiliki kepundan kecil yang masih mengeluarkan uap air ( Funnarol ) dan belerang ( Solfatara ). Susunan dari Gunung Lawu mempunyai tiga bagian puncak yaitu Puncak Hargo Dalem, Puncak Hargo Dumiling, dan puncak yang paling tertinggi dari gunung ini adalah bernama Puncak Hargo Dumilah. Selain itu, kawasan Gunung ini juga mempunyai beberapa hutan yang terkenal yaitu Hutan Dipterokrap Bukit, Hutan Dekteropkap Atas, Hutan Montane, dan Hutan Ericacaous.

Gunung Lawu memiliki 3 puncak, yakni puncak Hargo Dalem, puncak Hargo Dumiling dan puncak Hargo Dumilah (3.265 mdpl) yang merupakan puncak tertinggi. Untuk mencapai puncaknya, setidaknya ada 4 jalur pendakian yang sering digunakan oleh para pendaki.

  1. Cemoro Kandang
  2. Cemoro Sewu
  3. Candi Ceto
  4. Jogorogo (Ilegal)
Oke, sekarang Jam di tangan kami telah mununjukan pukul 8.30, kami pun memulai pendakian kami setelah melakukan pendaftaran dan berdoa, kami berjalan di sisi kiri candi ceto menuju ke candi ketek jalan setapak yang asri dan landai, kamipun terus menyusuri jalanan setapak yang rapat dengan rumput dan tanaman liar, oh iya satu lagi di sepanjang jalur pendakian banyak di tumbuhi beri hutan yang pasti sudah tas asing lagi bagi para pendaki, lumayan untuk memberi rasa asam pada mulut yang mulai pahit.

sekitar 1 jam perjalanan kami sampai di Pos 1, beristirahat sejenak dan bercanda bersama rekan-rekan adalah hal yang selalu kami lakukan untuk melupakan rasa lelah kami, tak lama kami pun melanjutkan perjalanan kami, perjalanan yang mulai menanjak dan jalur pun masih sama dengan sebelumnya hanya kerapatan hutan yang bertambah, disini jalurpun selalu terhalang kabut tebal, cukup lama kami berjalan dan sampai kami di POS 2, hari ini jalur pendakian sepi hanya beberapa rombongan aja yang naik, dan salah satunya sepasang bule yang berpapasan dengan kami di pos 2, setelah dirasa cukup beristirahat kami pun melanjutkan kembali pendakian kami menuju Pos 3 jalur yang cukup panjang kali ini dengan track yang sangat menanjak dan menguras tenaga, setelah sekitar 2.5 jam kami sampai di mata air, disini kami beristirahat cukup lama sambil menyeduh kopi sekedar menghilangkan rasa lelah, targetan kami adalah Bulak peperangan jika memang kondisi memungkinkan, setelah ngopi-ngopi ceria dan banyolan-banyolan kami yang memecahkan tawa, kami kembali packing dan bergegas melanjutkan menuju Pos 4, karena perjalanan masih cukup panjang, dan jalur dari Pos 3 ke Pos 4 ini adalah jalur yang super menantang, tanjakan yang gak ada habisnya, bersusah payah kami sekluarga, tetapi sedikit demi sedikit langkah demi langkah kami lalui untuk sampai di Pos 4, sesampainya di Pos 4 tetap kondisi pun tak ada rombongan lain hanya ada 2 tenda kosong yang mungkin penduduknya sedang menuju puncak, sekarang Jam menunjukan Pukul 16.30, kami sepakat melanjutkan perjalanan kembali menuju Pos 5, tetapi jika memang kondisi tidak memungkinkan kami juga sepakat untuk tidak memaksakannya, jalur yang super panjang melewati 3 bukit untuk mencapai pos 5, stamina yang memang sudah habis tak bersisah, hanya semangat dan rasa penasaran kami yang terus memaksakan langkah kaki dengan beban yang lumayan berat ini, tp proses itu tidak akan menghianati 
sebuah hasil.










Kami sampai di tanah lapang sebelum Pos 5 dan kami juga sepakat untuk mendirikan tenda di sini karena kondisi kami yang sangat kelelahan dan jam pun sudah menunjukan pukul 7 malam dengan udara yang sangat dingin, kami pun berbagi tugas dan kebahagiaan beberapa rekan kami mengeluarkan alat masak dan akupun mendirikan tenda beserta flysheet dan penerangan, cukup terang tenda kami karena kami menggunakan penerangan solar panel, setelah semua beres kami bergantian mengganti pakaian basah kami dengan pakaian kering dan jaket untuk menghangatkan badan, setelah makan malam kami pun segera mengistirahatkan badan, salah satu teman kami bertanya dari tenda sebelah, “Woi.. besok kita bangun jam berapa? subuh ya.” dan aku, kibot dan noval yang berada satu tenda menanggapinya dengan kompak, “Sebangunnya aja” dan hening, kami bukanlah pendaki yang menaruh puncak di atas segalanya, kami hanya penikmat alam bebas, kami bahagia dengan kabut tipis dengan embun pagi, bukan kami tak mengenal management waktu yang baik, pengecualian ketika dalam beberapa perjalanan pendakian yang di haruskan memanage waktu dengan baik. tapi pendakian kali ini, kami hanya ingin berada dekat dengan alam, menyatu di dalamnya.

Akupun terbangun karena suara pendaki yang baru sampai dan mendirikan tenda di samping kanan dan kiri tenda kami dan juga suara dengkuran teman yang lebih merdu suara kenalpot bajaj jakarta, aku melihat jam yang menunjukan pukul 1 malam, akhirnya ku putuskan untuk keluar dan menyalakan penerangan yang kami bawa untuk sekedar membantu, obrolan2an ringan pun muncul akupun menyeduh kopi untuk melawan hawa dingin yang teramat sangat malam itu,
dan ketika aku keluar dari tenda yg hangat itu aku di suguhkan pemandangan yang luar biasa indah, yang tidak sanggup di lukiskan dengan kata, Milyaran bintang bertebaran di atas tenda kami dengan sangat terang di sepertiga malam, Masya Allah.
aku duduk termenung di batang pohon yang tumbang di samping tenda dan memandangi langit yang sangat cerah malam itu, 
milyaran bintang yang berkilauan menyuguhkan keindahan tiada tara, aku terus menatap langit sambil bersyukur pada Allah diberi kesempatan melihat kuasanya keindahan yang mungkin hanya beberapa orang saja yang bisa menikmatinya. sampai jam 2 malam dan udara semakin menusuk tulang aku memutuskan untuk kembali ke tenda dan melanjutkan tidur.

Sekarang Pukul 5 Pagi di tanggal 11 Mei 2018, aku kembali terbangun hanya saja lebih memilih di dalam tenda dengan sleeping bag dan jaket hanyat yang memberikan kenyamanan pagi itu, udara pagi ini sangat dingin bahkan lebih dingin dari malam tadi, sampai jam 6 pagi kami pun memutuskan keluar untuk menikmati pagi dan senam untuk menghilangkan dingin yang teramat sangat, play musik dan joget-joget2 untuk menggerakan badan yang kaku, sebelum memasak dan melanjutkan perjalanan kami menuju puncak.






Acara joget-joget selesai, Sarapan pun udah kita mulai packing dan membereskan beberapa barang untuk di bawa ke puncak sementara tenda dan lain2 kita tinggalkan, lanjut kami menyusuri jalanan setapak yang dipenuhi ilalang dan edelweis, tak jauh kami berjalan sampailah di hamparan padang rumput yang begitu indah tempat yang dahulu di jadikan perang prajurit majapahit ya ini bulak peperangan, ah indahnya, kami melanjutkan perjalanan menanjak dan dari pos 5 menuju puncak di dominasi padang rumput yang luas dan indah, dan sampailah kami di gupak menjangan, padang rumput yang begitu luas begitu indah dan ya disini panas.. jepret-jepret sesi foto-foto terus dilakukan sampai puas, lalu kami melanjutkan perjalanan karena tak mau terlalu lama menghabiskan waktu, dan sampailah kami di satu tempat yang kental sekali dengan cerita mistis dan suasana mistisnya, kami sampai di pasar dieng (pasar setan gunung lawu) disini di dominasi cantigi dan edelweis dan bebatuan yang di tumpuk-tumpuk, suasananya pun berbeda di kawasan ini, susah untuk di jelaskan.

kami tak mau berlama-lama dan melanjutkan perjalanan kemali setelah beberapa kali mengambil gambar, dan kami sampai di hargo dalem, dan disini para pendaki bisa menjumpai warung tertinggi di indonesia untuk sekedar menikmati jajanan, kopi dan segala macamnya.


Setelah beristirahat dan jajan-jajan kami melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi ini, jalur yang cukup sulit karena kondisi track yang menanjak dan bebatuan jadi harus ekstra hati2. 
dan…
Hargo Dumilah, 3265 mdpl. puncak tertinggi gunung lawu.

akhirnya setelah perjuangan kami dari kemarin sampai juga kami menggapai atap para dewa di gunung lawu, sujut syukur ku atas keindahan yang di berikannya, keindahan yang hanya bisa di dapatkan dengan perjuangan yang tidak mudah.

setelah sesi foto-foto dan menikmati jajanan yang kami bawa dari pos 5, kami putuskan untuk segera turun dan bergegas packing barang2 kami di pos 5, karena rencana kami akan kembali bermalam di Pos 3 Mata air.


Galery












No comments:

Post a Comment